udah hampir satu jam gue duduk di sini. segelas coklat hangat juga udah tinggal seperempat. cuaca lumayan dingin, hari ini hujan turun cuukup deres. yah, mungkin karena hal itu dia telat dateng. dia?
iya, dia.. seseorang yang udah sama gue hampir 4 tahun lamanya. cewek bermata paling memukau yang pernah gue temuin selama gue hidup. namanya Sani.
sesekali gue ngeliat ke arah jam tangan yang ada di tangan sebelah kiri gue. tik..tik..tik.. hampir selaras dengan suara hujan di luar.
gue ngeliat ke arah luar jendela kaca itu, dan gue ngliat seseorang yang udah dari 3650 detik lalu gue tungguin. dia jalan setengah lari dari seberang jalan. baru turun dari sebuah mobil berwarna silver. kedua tangannya ada di atas kepalanya, dia gak bawa payung.
tiga menit kemudian dia udah ada di hadapan gue.
"Sorry banget telat. ujan, macet," katanya sambil mengibas-ibaskan rambutnya yang sedikit basah.
"Iya, gak papa.." kata gue sambil tersenyum. "Mau coklat panas?" gue tanya ke dia.
"Boleh," dia masih sibuk sama baju dan rambutnya yang basah.
terus gue mesen apa yang dia mau, gue juga mesen segelas coklat hangat yang baru.
gak lama, pesenan kita dateng. dan dia udah gak sibuk sama rambut dan bajunya yang kena hujan tadi.
tangan gue agak gemeteran. selalu kayak gitu setiap gue ketemu sama dia. frekuensi pertemuan kita yang jarang bikin gue selalu ngalamin demam panggung kalo ketemu sama dia secara langsung.
yak, gue sama Sani pacaran waktu gue udah lulus SMA sedangkan dia masih kelas XI SMA.
gue kuliah di luar kota sedangkan dia tetap di sini. LDR. begitulah kami berdua. tapi kami mampu bertahan. hari ini 7 Juni, adalah hari anniversary kami, genep ke-4. gue udah nyiapin kado spesial buat dia. sebuah kalung bentuk bulan, karena gue udah punya yang bentuk bintang. tapi hari ini.....
"Oiya!" gue sama dia berbarengan ngomong gitu.
"Yaudah deh kamu duluan," kata gue kemudian. gue yakin, ngasih kado mah nanti-nanti aja, pasti bakal romantis banget.
"Putra," kata dia pelan. gue kaget, dia gak pernah manggil nama gue, dia selalu manggil gue dengan sebutan yang dia kasih buat gue; Taz.
"Rei??" tanya gue ke dia, memandang penuh tanda tanya.
"Ehm, Putra," ulang dia lagi. oke, gue diem.
"Udah lama aku pengen ngomong ini ke kamu, tapi belum ada waktu yang pas. dan sekarang mumpung kamu lagi balik ke sini, aku mau ngomong," kata dia.
"Iya, ngomong aja. apaan?" kata gue.
"Kita udahan ya?"
singkat. padat. jelas. dan nusuk.
seolah hujan di luar sana semakin deres, petir juga ikutan dateng di hari ini.
hati gue berguncang. gue kaget, otomatis.
selama ini kita baik-baik aja, gak pernah ada msalah apa pun.
"Putra?" kata dia. nyadarin gue dari trans gue.
"Eh?! kenapa, Rei?" kata gue ke dia.
"ceritanya panjang. intinya aku udah.... dijodohin," kata dia.
waktu bener-bener berhenti waktu gue denger kata itu. dijodohin.
hey guys, ini zaman apaan masih ada acara perjodohan gitu?
"Sama?" tanya gue.
"Sama?" tanya gue.
"Sama ayah dijodohin sama anak temen ayahku," kata dia. menunduk.
"Aku sayang sama kamu," katanya kemudian.
"tapi mungkin emang baiknya gini.. dari awal kita emang udah beda kan? keyakinan kita beda, aku bertahan sampe sekarang itu karena cuma sayang sama kamu, tapi untuk ke depannya, aku harus mikir perbedaan kita yang mendasar banget itu," Sani menjelaskan panjang lebar. sekarang aku ngeliat genangan air di matanya.
"pasti orang tua kita gak bakal ngerestuin hubungan kita. apalagi ayahku. dan aku cuma pengen jadi anak yang baik buat orang tuaku.. maaf, Put," kata dia lagi.
gue diem. oke, alasan yang masuk akal. oke, gue terima. oke, kita udahan. oke, kado di samping gue, mungkin akan berakhir di kotak sampah berwarna kuning di depan cafe ini.
"Oke, makasih untuk selama ini, Rei," kata gue. Rei terkahir yang gue kasih ke dia.
hari ini, tepat 4 tahun gue sama dia, semua berakhir disaksikan hujan dan dua cangkir coklat panas.
testing~
BalasHapus